Selamat Datang di Blog Resmi Sanggar Sipitung - Siti Aisyah Pramuka SMP Negeri 201 Jl. Kayu Besar, Cengkareng Timur, Jakarta Barat

Laman

Kamis, 21 Februari 2013

Baden Powell Day (kebahagian bukanlah kekayaan)




     Lord Robert Stephenson Smith Baden Powell Of Gilwell, lahir di London bukanlah seorang keturunan bangsawan. Beliau di angkat menjadi Lord, karena jasanya dalam Kepanduan. Beliau adalah cucu dari Robert stephenson, seorang engenieur yang menemukan Lokomotip.
Pada usia enam tahun ayahnya meninggal dunia, sehingga beliau diasuh hanya oleh ibu dan kakaknya. Mereka enam bersaudara, lima laki-laki dan satu perempuan. Kakaknya yang tertua Warrington telah mengajar mereka menjadi anak laki-laki pemberani. “Seorang anank laki-laki harus sehat dan kuat” kata Warrington “karena itu anak laki-laki harus menyukai olahraga, dan olahraga yang paling murah adalah berenang di sungai”.

     Ibu Baden Powell memang sangat sayang pada anak-anaknya. Ia selalu memperhatikan mereka dengan seksama dan penuh tanggung jawab. Tetapi rasa sayang kepada anak-anak tidak untuk membuat mereka manja dan penakut. Harapan ibu baden powell memang bukan harapan hampa. Anak-anak tumbuh dengan kepribadian yang menarik. Bahkan didalam beberapa hal mereka menunjukkan beberapa kelebihan. Terutama Stehepen (nama kecil LordBaden Powell), yang mempunyai kelebihan dalam kesenian. Ia dapat menyanyi dengan baik dan bermain sandiwara. Yang paling mengagumkan adalah, ia dapat menggambar dengan tangan kiri dengan tangan kanan dengan sama baiknya.
“Stephenson memang bocah luar biasa,” kata gurunya.” Mungkin kelak akan jadi pelukis yang ternama. Atau akan menjadi seorang pelukis besar.” Tapi ternyata dugaan gurunya tidak benar seluruhnya, sebab Stephen sendiri hanya mempunyai cita-cita sederhana sekali. “ saya hanya ingin menjadi manusia yang berguna,” kata Stephen pada ibunya. “ Paling sedikit berguna bagi hidup saya sendiri. Itu saja…….”.


***

   Tamat pada Charter House School, Baden Powell tidak melanjutkan pelajarannya keperguruan tinggi sebagaimana yang dilakukan saudara-saudaranya yang lain. Ia memilih sekolah militer Sandhurst, tampaknya bidang militer tempat yang cocok baginya, karena dengan masuk militer, merupakan jembatan yang memungkinkan ia dapat mengelilingi dunia. Apa yang diharapkan Baden Powell tampaknya mulai terlaksana, sebab ketika ia telah selesai menamatkan pendidikannya tugas baru telah menantinya.

     Pada saat bertugas di militer ia sangat dikenal dikalangan penduduk karena keterampilan dan kecekatannya, seperti halnya diwilayah ashanti penduduk menjulukinya sebagai “Impessa” atau serigala yang tak pernah tidur, karena Baden Powell selalu dalam keadaan sedia setiap saat,”bersiap-siaplah selalu”kata Baden Powell yang kemudian menjadi “semboyan pandu”.

     Pada tahun 1896 Baden Powell dikirim kembali ke Afrika Selatan ke daerah Bechuana, mengusir serbuan suku Matabele. Disana Baden Powell mulai mengatur rencana penyerbuan untuk menduduki kota Mafeking, karena siapa berhasil menduduki Mafeking, maka dialah yang akan berkuasa penuh di Afrika Selatan. Setelah berhasil menduduki Mafeking, Baden Powell dan pasukannya berjuang mati-matian untukmempertahankannya, sampai akhirnya  bantuan yang diharapkan datang.peristiwa itu disebut “Pengepungan kota Mafeking” Dan Baden Powell berhasil memimpin anak buahnya dengan gemilang. setelah ia pulang kembali ke Inggris, ia mendapat sambutan hangat dan dianggap pahlawan.

     Sejak berada kembali di Inggris, Baden Powell menyadari akan sesuatu “panggilan “ dari dasar hatinya . ia mengingat kembali pada buku catatan yang ditulisnya ketika ia masih berusia delapan tahun.“Saya telah melihat anak-anak lain tidak pernah bergembira dan bahagia, pada saat saya sendiri bahagia dan gembira, saya ingin membuat mereka bergembira dan bahagia, hanya sayang saya tidak tahu bagaimana caranya untuk itu.” Dan sekarang Baden Powell tahu caranya, dia lalu segera berbuat sesuatu. Pendidikan kepanduan bukan saja dapat membuat anak-anak menjadi gembira dan bahagia, tetapi juga dapat membuat mereka mengetahui kewajiban-kewajiban sebagai warga negara yang baik.


HARI-HARI TERAKHIR DI KETENANGAN ALAM

     Pada tahun 1910 Baden Powell mengundurkan diri dari ketentaraan.. Pangkatnya yang terakhir adalah Letnan Jenderal. Selanjutnya ia mencurahkan kehidupannya untuk dunia kepanduan. Ialah dunia tempat  ia dapat mencurahkan seluruh tenaganya untuk mendidik anak-anak menjadi warga dunia yang utama. Pada tahun 1912 Baden Powell bertemu dengan Olave St. Clair Soames, seorang wanita sederhana dan penuh semangat. Mereka kemudian menikah pada tanggal 20 Oktober 1912. Dan dikaruniai seorang anak laki-laki dan dua anak perempuan. Yaitu Peter (1913), Heater (1915) dan Betty (1917).

     Pada jamboree (pertemuan besar pandu sedunia) yang pertama diadakan di London 1920, berkumpullah pandu sedunia. Semua utusan menunjuk Baden Powell sebagai “Bapak pandu sedunia”. Atas jasa-jasa dalam kepanduan, Raja George menganugrahkan gelar bangsawan yang lebih agung bagi Baden powell. Pada tahun 1929 namanya menjadi Lord Baden Powell of Gilwell. Akan tetapi para pandu tetap menyebutnya sebagai “B.P.” singkatan dari nama Baden Powell.

  Ketika Baden Powell mencapai umur 80 tahun, kesehatannya mulai menurun, tepi semangatnya tetap tinggi. Dia berpesan sangat ingin melihat Afrika lagi. Bersama keluarga Baden Powell berangkat ke Afrika. Disebut tempat yang indah, tenang, nyaman dan tentram di Nyeri, Apa yang diinginkan Baden Powell memang kesampaian, yaitu ingin mati di tempat yang tenang dan tenteram, pada tanggal 8 Januari 1941 ia meninggal dunia dengan penuh damai dalam hatinya. Tubuhnya terbaring di tengah kicau burung yang berloncatan dari dahan ke dahan, seakan-akan mengucapkan selamat jalan pada Baden Powell.

“Ia kini telah tiada, tetapi benih kepanduan yang ditaburkannya telah tersebar keseluruh pelosok dunia”

HAPPY BADEN POWELL DAY para pandu sedunia ;)

(22 feb 1857 - 8 jan 1941)
Baca Selengkapnya ...